Hanya saja, perkembangan zaman juga membuat kesenian Wayang Potehi tak lagi sama. Sutarto menyebut, harga untuk menanggap Wayang Potehi kian melejit.
“Sekarang Wayang Potehi harganya melejit, harganya nggak seperti orde baru yang masih murah. Sekarang harga memang mahal,“ kata dia.
Harap generasi muda teruskan Wayang Potehi
Lebih jauh, Sutarto sebenarnya tak begitu paham sejarah Wayang Potehi. Sebab, ia melakoni dan memutuskan menjadi dalang Potehi karena alasan ekonomi.
Kendati begitu, ia yakin betul bahwa Wayang Potehi sebenarnya lebih dulu masuk ke Semarang daripada ke Jombang. Hanya saja, peneris dalang Potehi dari generasi mud fak banyak.
“Semarang sekarang nggak ada generasi penerusnya. Mungkin karena dalangnya nggak mau, merasa egois. Kalau aku bebas, siapa mau belajar saya kasih,” ucapnya.
BACA JUGA: Momen Imlek Bawa Berkah, Kepiting Pengepul di Surodadi Demak Banderolnya Naik Dua Kali Lipat
Selain itu, rendahnya minat generasi muda untuk menekuni kesenian dalang Potehi juga menjadi alasan menurunnya pegiat Wayang Potehi di Semarang.
Menurutnya, menjadi dalang Potehi sangat sulit. Mereka harus paham karaker, misalnya suara dan watak yang berbeda antar karakter. Tak hanya itu, dalang juga harus bisa menghayati masing-masing cerita sebelum membawakannya.
Meski begitu, Sutarto berharap generasi muda Semarang mau dan berminat meneruskan Wayang Potehi.
“Harapannya, regenerasi harus benar-benar lebih baik daripada kita, jangan asal. Apa yang kita dapatkan harus diturunkan dengan baik, tapi jangan asal,” tandas Sutarto.
Editor: Farah Nazila