SEMARANG, beritajateng.tv – Menyambangi Pameran Foto dan Arsip Warisan Gastronomi Nusantara ternyata cukup menambah wawasan peradaban kuliner yang ada di Indonesia.
Meski berupa dokumentasi seputar gastronomi dan artefak yang berhubungan dengan cara penyajiannya, pameran ini juga bisa menjadi literasi yang sahih.
Seperti piring, seperangkat teko cangkir kuno, sendok garpu dan pisau antik, alat mengiling kopi dan botol gin kuno yang diproduksi di Amsterdam dan masih banyak lagi.
Termasuk literasi sejarah mengenai makanan dan minuman legendaris Nusantara dan Salatiga juga tersajikan secara khusus pada pameran tersebut.
Semua ini dapat masyarakat nikmati di Resto Orlen Heritage, Salatiga yang sedang menggelar Pameran Foto dan Arsip ‘Tapak Rasa Gastronomi Nusantara dan Salatiga’.
Pameran akan dapat masyarakat umum nikmati hingga 27 Agustus 2025 mendatang. Lokasi di resto yang berada di Jalan Raden Patah No 10 Kota Salatiga ini.
BACA JUGA: Begini Pesona Banyoe Angkringan Salatiga, Wisata Kuliner dengan Pemandangan Alam yang Indah
Menurut Manajer Orlen Heritage, Aal Chaerul Rahmat, pameran ini untuk memberikan literasi dalam merawat warisan budaya Nusantara dan Salatiga di bidang gastronomi.
Selain bentuk kepedulian pameran ini juga berlangsung sebagai kado untuk Kota Salatiga yang berulang tahun ke 1.275 pada 24 Juli 2025 kemarin.
Secara khusus Orlen Heritage juga meramu kembali dan menyajikan masakan khas Salatiga dan Nusantara. Antara lain Tumpang Koyor dan Wedang Ronde khas Salatiga.
“Selain itu juga Gudeg Jogja, Selat Solo, Mie Ongklok khas Wonosobo serta beberapa kuliner khas Nusantara populer yang lainnya,” jelasnya, Kamis, 21 Juli 2025.
Pemilik Orlen Heritage, Sigit Prasetyo menambahkan, literasi mengenai masakanan dan minuman legendaris Salatiga juga pihaknya sajikan secara khusus pada pameran ini.
Harapannya, pameran ini tidak hanya sekedar menjadi ruang pajang. Namun juga menjadi ruang edukasi mengenai warisan budaya khususnya di bidang gastronomi.
“Apa yang di sajikan ini juga menjadi media literasi yang baik kepada para pengunjung. Untuk memperkaya wawasan tentang kekayaan kuliner Nusantara,” jelasnya.
Dosen Fakultas Teknologi Informasi (FTI) UKSW Salatiga, Anthony Tumimomor mengungkapkan, gastronomi tidak hanya bicara soal makanan yang tersaji di atas meja.
Namun juga berkisah seputar aktivitas maupun proses kreatif yang terjadi di belakangnya, dan selama ini jamak terlewatkan atau jarang orang bahas. Karena ada asa, rasa dan cerita di setiap lahirnya makanan.
“Bahkan 80 persen lahirnya berbagai makanan atau minuman Nusantara berasal dari akulturasi budaya yang hidup di tengah- tengah masyarakat,” katanya.