Menyelisik Sastra Jiwangga dari Rianto Lengger Asal Banyumas

SEMARANG, beritajateng.tv – Salah satu yang khalayak tunggu pada pertunjukan seni “Saundarya Rawa Pening” ialah penampilan Rianto Lengger atau “Lengger Lanang” asal Banyumas yang kini telah mendunia.

Dalam pertunjukan tersebut, Rianto tampil membawakan tarian Sastra Jiwangga, yang sejatinya merupakan “mozaik” (potongan) dari karya utuhnya sendiri yang bertitel “SoftMachine Rianto”.

Karya yang ia ciptakan pada tahun 2023 tersebut, dalam 10 tahun terakhir, telah ia tampilkan keliling dunia pada lebih dari 60 festival tari internasional di berbagai negara.

Lebih spesifik, Sastra Jiwangga ini merupakan “perpustakaan” tubuh. Sebab, ia berkisah seputar perjalanan ketubuhannya sebagai tubuh penari lengger, antara feminim dengan maskulin.

Baginya, ini merupakan sebuah perjalanan tanpa batasan kode-kode tertentu. “Karena merupakan sebuah peleburan yang diangkat dari kisah ketubuhan seorang penari lengger,” jelasnya di Bukit Cinta Rawapening, akhir pekan lalu.

Perjalanan mulai dari proses percintaan tentang karakter Sekartaji yang didefinisikan sebagai tubuh lengger itu sendiri. Kemudian fase menunggu Panji yang didefinisikan sebagai tubuh yang berhubungan dengan waktu.

“Ini semua menjadi inti dari bavian pertama Sastra Jiwangga,” lanjutnya.

Lalu, masih kata Rianto, pada pertunjukan bagian kedua kembali lagi ke basic tarian lengger yang sangat sederhana, karena antara si penari atau tubuh itu sendiri tidak ada batasan.

Makanya, ia mengajak penonton naik ke panggung dan terlibat langsung dalam tarian menjadi representasinya. Ini pula yang ia lakukan pada saat tampil di Eropa dan di berbagai negara lainnya.

“Jadi saya benar-benar turun dan mengajak penonton untuk terlibat di atas panggung pertunjukan saya. Sehingga ada komunikasi dengan tubuh Eropa pada diri penari lengger,” tambahnya.