SEMARANG, beritajateng.tv – Menjelang datangnya bulan suci Ramadan, ada satu tradisi unik yang dinanti-nanti oleh masyarakat Kota Semarang. Yaitu, Gebyuran Bustaman.
Sesuai namanya, tradisi itu berlangsung di Kampung Bustaman, RT 4-5, RW 3, Kelurahan Purwodinatan, Semarang Tengah. Gebyuran Bustaman berlangsung pada tujuh hari sebelum puasa, tepatnya pada Minggu, 23 Februari 2025.
Pantauan beritajateng.tv di lokasi, ratusan orang tumpah-ruah memadati Kampung Bustaman. Mulai dari warga setempat, pengunjung, pejabat, hingga anggota DPR RI Samuel Wattimena. Mereka kompak beroleh coretan di muka, yang menandakan dosa-dosa manusia.
Selepas kirab dan sejumlah prosesi, petasan dan genderang pun berbunyi yang menandakan perang air dimulai. Semuanya lalu saling lempar air hingga basah kuyup. Malahan ada pula yang mengguyurkan air seember-embernya.
Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI, Samuel Wattimena, tampak larut dalam keceriaan. Sendirinya terlihat basah kuyup namun tetap ceria.
BACA JUGA: Sambangi Kampung Bustaman Semarang, Wamen Giring Bakal Ubah Aset Negara jadi Pusat Budaya
Ia mengaku sangat mengapresiasi tradisi ini dan berterima kasih lantaran telah diajak memeriahkan rangkaian Gebyuran Bustaman. Menurutnya, Gebyuran Bustaman menjadi sangat menyenangkan karena ia bisa berbaur dengan masyarakat.
“Selama berbagai kegiatan di Jakarta dan daerah, enggak ada yang berbaur gini lalu nekat nyiram, semua ada tatanan batasan protokol. Ini menyenangkan karena batasan itu enggak ada. Saya jadi bagian dari masyarakat,” ucapnya kepada beritajateng.tv.
Samuel mengatakan, dirinya juga tak menutup kemungkinan untuk mendelegasikan tradisi Gebyuran Bustaman di DPR RI, termasuk juga ke Kementerian Pariwisata.
Pasalnya, menurut dia, rangkaian tradisi Gebyuran Bustaman memiliki nilai budaya, pariwisata, hingga ekonomi kreatif.