“Ada kordinatornya, tetangga. Tetangga yang awalnya nawari. Mau enggak uang Rp100 ribu. Tapi pas coblosan pilih capres ini,” tutur dia.
Ia awalnya mengaku takut dengan tawaran tetangganya itu. Namun setelah ia pikirkan, ia memilih mengambul amplop namun tak berniat mencoblos sesuai intruksi sang timses.
“Coblosnya tetap sesuai hati nurani, terserah kalau nanti ketahuan dan mereka minta balik uangnya ya tak balikan. Tapi apa enggak malu? Kan udah main curang,” ucap pria tersebut.
BACA JUGA: Unggul Sementara di Quick Count Pemilu 2024, Prabowo Unggah Foto Animasi Bareng Gibran
Pengalaman serupa juga dialami oleh seorang warga Tembalang yang enggan disebut namanya. Bahkan, ia baru mendapat serangan fajar beberapa jam sebelum pencoblosan, yakni pukul 20.00 WIB tadi malam.
Ia menyebut, ia sekeluarga mendapat total 6 amplop yang berisi masing-masing sebesar Rp 100 ribu. Syaratnya sama, yakni hanya mengumpulkan fotokopi KTP.
Sebenarnya, lanjutnya, ada rasa ingin menolak pemberian tersebut. Namun, karena timses terkait tampak meyakinkan dan uang yang mereka tawarkan pun lumayan besar, ia akhirnya menerima amplop tersebut.
“Akhirnya aku coblos orangnya. Sebenarnya ya merasa berdosa tapi masa nerima uangnya tapi nggak milih, kalo menerima amplop ya harus memilih,” akunya.(*)
Editor: Farah Nazila