Nasional

Misi Kemanusiaan Dosen Poltekkes Semarang, Latih Kepemimpinan Bidan Nepal di Tengah Krisis Politik

×

Misi Kemanusiaan Dosen Poltekkes Semarang, Latih Kepemimpinan Bidan Nepal di Tengah Krisis Politik

Sebarkan artikel ini
dosen poltekkes nepal
Perwakilan Dosen Poltekkes Semarang, Jakarta dan Pontianak (dengan kain batik warna merah di bahu) saat memberikan pelatihan ke Bidan di Nepal. (Dok. Pribadi)

SEMARANG, beritajateng.tv – Peran tenaga kesehatan Indonesia kembali mendapat kepercayaan internasional. Tecky Afifah Santy Amartha, dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang, menjadi salah satu perwakilan Indonesia yang ditugaskan WHO South-East Asia Regional Office (SEARO) untuk memfasilitasi Midwifery Leadership Program (MLP) di Nepal.

Tecky menjelaskan, program MLP merupakan inisiatif WHO untuk mengembangkan kepemimpinan bidan di berbagai negara. Tujuannya agar bidan tidak hanya bekerja di pelayanan klinis, tetapi juga memiliki kemampuan advokasi dan pengaruh kebijakan.

“Bidan harus mampu menyuarakan kebutuhan kesehatan ibu dan anak ke pemerintah maupun stakeholder. Itu sebabnya WHO mendorong peningkatan kapasitas melalui MLP,” ungkapnya kepada beritajateng.tv pada Jumat, 18 September 2025.

Indonesia sendiri telah sukses melaksanakan batch ke-2 MLP di Jakarta, yang melibatkan fasilitator dari berbagai negara. Atas keberhasilan itu, Tecky bersama dua rekannya dari Poltekkes Jakarta 3 Hetty Astri dari Poltekkes Jakarta 3 dan Riska Regia Catur Putri dari Poltekkes Pontianak, ditunjuk untuk mendampingi pelatihan di Nepal. Mereka juga di dampingi oleh satu fasilitator dari WHO SEARO, Ai Tanimizu.

“Penugasan ini datang melalui Kementerian Kesehatan RI, khususnya Direktorat Penyediaan SDM Kesehatan. Kami bekerja sama dengan WHO Nepal dan WHO SEARO,” jelasnya.

BACA JUGA: Terjebak Kerusuhan Nepal, Dosen Poltekkes Semarang Tetap Usaha Tenangkan Keluarga

Menurut Tecky, Nepal sangat membutuhkan penguatan tenaga kebidanan karena basis bidan dan perawatnya masih berkembang. Dengan adanya pelatihan ini, harapannya kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak di negara tersebut dapat meningkat.

“Program ini bukan sekadar kelas tatap muka. Kami membantu peserta memahami bagaimana melakukan policy dialogue, bagaimana menyampaikan kebutuhan di grassroots ke level kebijakan, dan bagaimana membangun jejaring advokasi,” tambahnya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan