“Wah, panjenengan semua ini hadir pada waktu yang tepat, pas peringatan Hari Santri Nasional,” kata Gus Kikin.
Gus Kikin kemudian menjelaskan sejarah Ponpes Tebuireng dan kepeloporan K.H. Hasyim Asyari di bidang pengembangan pesantren, mendirikan NU, dan menggerakkan rakyat dalam merebut kemerdekaan Indonesia.
Resolusi Jihad merupakan seruan dari seorang tokoh ulama pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy’ari. Selain itu, Resolusi ini berisi ajakan kepada masyarakat, khususnya santri dan ulama untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Resolusi Jihad ini menjadi momen penting di kalangan santri dan ulama Indonesia. Untuk itu, pemerintah sepakat mengabadikan tanggal keluarnya resolusi ini sebagai tanggal peringatan Hari Santri Nasional melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri.
BACA JUGA: Andika-Hendi Tawarkan Bantuan Modal untuk Masyarakat Jateng, Sebut Bukan Program Halusinasi
Pascakemerdekaan Indonesia, pasukan sekutu Inggris dan Belanda datang lagi ke Indonesia. Para pejuang pun meyakini kedatangan mereka kembali akan mengancam Kemerdekaan bangsa Indonesia.
Oleh karenanya, para pejuang berusaha untuk menolak kedatangan kolonial tersebut. Salah satunya yakni Laskar Hizbullah, pasukan pejuang Islam yang berisi ulama dan santri.
Dengan semangat yang membara, Laskar Hizbullah mempersiapkan diri untuk menghadang para penjajah di tanah air tercinta.
Untuk mengobarkan semangat yang sama pada seluruh rakyat Indonesia, Hadlaratus Syeikh K.H. Hasyim Asy’ari dan Rais Akbar Nahdlatul Ulama mengumandangkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945.
Resolusi itu mewajibkan setiap muslim untuk membela dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dari serangan penjajah.
Peristiwa tersebut terjadi di Kota Surabaya tepat di hadapan para ulama NU seluruh Jawa-Madura. Semangat jihad yang sama pun tersebar ke seluruh Indonesia. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi