Replika kuda lumping ini terusung oleh enam orang warok sembari menari lincah untuk menghibur Bupati dan jajaran Forkopimda beserta para tamu undangan di tenda utama.
Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, mengungkapkan, kegiatan ini bukan sekadar pawai ragam kekayaan budaya, tetapi juga bentuk sinergitas antara masyarakat dan pemerintah daerah.
“Ini juga menjadi ajang bergotong-royong, menjaga budaya, meningkatkan rasa persatuan, dan menjadi cara untuk merayakan keberagaman,” ungkapnya.
Ngesti pun menyinggung ada lebih dari 4.000 kelompok seni di berbagai wikayah di Kabupaten Semarang. “Itu menjadi potensi budaya yang sangat besar bagi kita,” tuturnya.
Maka, kegiatan karnaval ini menjadi satu di antara “panggung utama” untuk merawat, untuk menunjukkan, untuk membanggakan keragaman warisan budaya setempat.
“Dengan kekompakan seperti ini, apa yang kita cita-citakan bersama, yakni masyarakat yang sejahtera dan kabupaten yang ayem, tentrem, dan kondusif bisa tercapai,” tandas Ngesti. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi