“Dia melukis dengan sangat aktif, produktif, sambil nyanyi-nyanyi, ada peningkatan mood dan energi, tapi akan ada fase yang dia down banget,“ jelasnya.
Kenali tanda depresi dengan 3P (Pikiran, Perasaan, Perilaku)
Untuk dapat mencegah diri sendiri maupun orang lain mengalami depresi, Noriyu mengatakan dapat melalui deteksi 3P atau pikiran, perasaan, dan perilaku.
Ia mencontohkan, untuk memeriksa diri sendiri saat kebiasaan sehari-hari, misalnya menonton acara komedi. Ketika tidak lagi bisa terhibur seperti biasanya, berarti menandakan ada hal yang tidak benar.
“Itu adalah salah satu hal simpel untuk mendeteksi bahwa ada perubahan dalam pikiran, perasaan dan perilaku kita, termasuk orang lain juga melihat hal seperti itu,” imbaunya.
Noriyu menyadari beberapa orang cenderung memilih ke arah agama sebagai coping mechanism seseorang untuk keluar dari depresi. Namun, ia menyayangkan hal tersebut malah menjadi ajang menghukum dirinya sendiri.
BACA JUGA: Hari Ayah Nasional, Psikolog Ingatkan Peran Penting Ayah dalam Pola Asuh Keluarga
Padahal, agama adalah sesuatu yang kind dan bersifat memaafkan. Maka dari itu, ia mengimbau semua pihak agar dapat menemukan cara yang tepat untuk mengatasi depresi.
“Saya melihat penghayatan agama malah menghukum diri sendiri, sayangnya ada tren pada pasien saya saat turning in religious bukannya forgiving tapi malah judging. Jadi perlu membaca buku-buku agama yang bagus, buku-buku agama yang bisa membuat perseptif berbeda dan tidak judging,” tandasnya.(*)
Editor: Farah Nazila