Scroll Untuk Baca Artikel
Feature

Mulai Pudar Ditinggalkan Generasi Muda Tionghoa, Begini Cerita Ong Bing Hok Lestarikan Tradisi Rumah Arwah

×

Mulai Pudar Ditinggalkan Generasi Muda Tionghoa, Begini Cerita Ong Bing Hok Lestarikan Tradisi Rumah Arwah

Sebarkan artikel ini
Rumah Arwah
Ong Bing Hok, pemilik Rumah Kertas Hok yang masih melestarikan rumah arwah hingga saat ini. (Fadia Haris Nur Salsabila/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Masyarakat Tionghoa identik dengan berbagai macam tradisi, pertunjukan budaya, hingga permainan khas yang mengandung makna mendalam. Namun, belakangan ini, rasa bangga dan kepedulian melestarikan budaya kurang tertanam di generasi muda Tionghoa.

Begitulah yang Ong Bing Hok katakan. Sebagai seorang pengrajin rumah kertas di Kota Semarang, Ong, sapaan akrabnya, telah merasakan jatuh bangun bisnis yang erat dengan kebudayaan Tionghoa, yakni produksi rumah arwah.

Ong sendiri merupakan generasi ke-4 dari bisnis yang bernama ‘Rumah Kertas Hok‘ berlokasi di sebuah rumah kecil di Gang Cilik, Kawasan Pecinan, Semarang Tengah, Kota Semarang. Dulunya, kata Ong, kakek buyutnya merupakan orang asli Tionghoa yang kemudian merantau ke Indonesia.

BACA JUGA: Menengok ‘Rumah Arwah’, Tradisi Penghormatan Orang Tionghoa untuk Kerabat yang Meninggal Dunia

“Waktu jaman Pak Soekarno ramai, tradisi kebudayaan Tionghoa diperbolehkan. Begitu ganti presiden jadi Pak Soeharto ada diskriminasi orang Tionghoa, mulai itu menurun, mungkin ada sebagian yang diam-diam, tapi saya bisa katakan mandek,” kata Ong Bing Hok saat beritajatneg.tv temui, Selasa, 23 Januari 2024.

Adanya pembatasan kegiatan berbau budaya Tionghoa saat itulah yang Ong duga menjadi salah satu alasan kian meredupnya eksistensi budaya Tionghoa di kalangan generasi muda. Bahkan, kata Ong, masyarakat Tionghoa seakan berutang budi pada Gus Dur yang saat itu berani mencabut semua diskriminasi yang ada.

“Kata orang Tionghoa itu, Gus Dur adalah bapak angkat orang Tionghoa. Kalau nggak ada Gus Dur susah, lha semua nggak boleh,” imbuhnya.

Pesanan tak menentu, dari Rp2 juta sampai Rp12 juta

Saat ini, pesanan rumah arwah yang Ong terima dalam sebulan tidaklah menentu. Kadang hanya 3 pesanan, kadang bisa mencapai 7 pesanan. Menurutnya, tradisi rumah arwah masih bertahan hingga saat ini lantaran masih ada generasi tua yang melestarikannya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan