Alih-alih langsung menaruh curiga, warga sekitar tetap menganggap aktivitas di dalam rumah kontrakan tersebut berasal dari tukang yang sedang merenovasi.
“Gak mencurigai ada aktivitas asing ya, karena Pak Gun juga tidak mencurigai, cuma ada yang di dalem saja. Mungkin tukangnya lupa nyalain lampu,” terangnya.
Joni juga melihat bahwa adanya kurir ekspedisi yang sering mengantar paket ke rumah yang jadi pabrik ekstasi Pedurungan Semarang tersebut. Namun ia tak tahu pasti dan sama sekali tak menaruh curiga dengan isi paket tersebut.
“Itu dia (kedua tersangka) menempati di sini baru seminggu kok. Tapi paket-paket itu selalu ada kiriman paket dateng, tapi kan orang tidak pernah mengira paket itu apa. Kecil ukurannya sedus indomie,” tandas Joni.
BACA JUGA: Pabrik Ekstasi Rumahan di Pedurungan Semarang Kena Gerebek, Polisi Cari Aktor di Balik Layar
Penghuni Rumah Tak Pernah Berbaur dengan Warga
Salah seorang warga Kampung Kauman lain bernama Sumarni juga tak menyangka rumah kecil tersebut menjadi pabrik obat-obatan terlarang. Musababnya, selama ini rumah yang memiliki dua lantai itu tergolong sepi karena tak pernah pemiliknya tempati.
“Setahuku selama ini gak pernah dipakai kok. Baru Lebaran kemarin dikontrak sama orang, ngakunya dari Jakarta. Kira-kira dia bulan terakhir ditempati. Tapi namanya siapa, saya sama warga sekitaran sini gak pernah kenal,” ungkap Sumarni.
Ia mengaku hanya sebatas mengenal pemilik rumah yang merupakan warga Tandang, Kecamatan Tembalang.
Menurut pengakuan Sumarni, penghuni rumah kontrakan yang jadi pabrik ekstasi Pedurungan Semarang tersebut juga tak pernah berbaur dengan warga. Bahkan yang bersangkutan tak pernah menunjukkan batang hidungnya kepada warga kampung, pengurus RT, maupun pengurus RW setempat.
“Kumpul-kumpul gak pernah. Srawung juga gak pernah. Kelihatannya orangnya tertutup. Warga di sini sama sekali gak tahu identitasnya,” tandas Sumarni. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi