Album keduanya itu, lanjut Kucel, di beri nama Keji (Kelana Jiwa). Keji ini mengambil dari spirit tembang mocopat. Mulai dari Mijil, Maskumambang sampai Pucung.
Untuk penjualan albumnya ia keliling dari lapak ke lapak sendiri dan di bantu sama teman teman seniman lainya.
Untuk album Keji ini, ia mencetak 100 keping. Perkeping ia hanya mematok harga 40 ribu rupiah. Dan selama berkelana ia sudah menjual sekitar 60 keping.
Selain membuat album solo, ia juga membuat karya seni yang tak kalah menarik, yakni cerita pendek (Cerpen), berisikan tentang alam dan kehidupan.
Sementara ketua panitia Nyambung Roso 3 Alifyanto, mengatakan acara Nyambung Roso 3 ini sebagai ajang berkreasi sedulur Art, akan tampil secara offline, yang selama hampir dua tahun ini, tidak bisa tampil karena Pandemi.
“Acara ini sebagai wadah teman teman yang sudah dua tahun tidak menggelar acara outdoor, disini kita buat untuk teman seni barongan, seni lukis, seni musik kita semua kumpul disini untuk nyambung Roso. Intine pokoke kita rindu untuk kegiatan outdoor,” katanya.
Kepala desa Nglobo Pudik Harto sangat berterimakasih kepada para seniman yang telah membuat kegiatan ini.
Karena dengan adanya giat Nyambung Roso 3 ini, rintisan desa wisata yang ada di desanya bisa terangkat, sehingga menjadi ramai.
“Ini sangat membantu sekali bagi warga kami. Teman Tan sedulur Art Blora memang luar biasa, sehingga bisa membantu percepatan pemulihan ekonomi warga di masa Pandemi,” ucap Pudik Harto.
Dalam giat Nyambung Roso 3 ini, para seniman dari berbagai daerah kumpul, ada yang dari Purwokerto, malang, Jombang, Purbalingga dan dari lokal Blora berkumpul nyambung Roso yang telah lama hilang tidak bisa tampil outdoor atau offline. (Her/El)