Menurutnya, tak semua siswa bisa menjalani kegiatan kemah dan outbound di alam. Sehingga, jika Pramuka tetap menjadi ekskul wajib, maka Uswatun menegaskan ini berseberangan dengan Kurikulum Merdeka.
“Misalnya ada siswa yang gangguan saat tidur di tempat dingin dan tidak berminat dalam hal-hal outbound. Nah, jadi kalau memaksa siswa [masuk Pramuka], artinya ini berseberangan dengan kurikulum merdeka,” terangnya.
Dalam hematnya, siswa bisa melatih kemandirian tak hanya dari ekskul Pramuka semata.
“Siswa itu bisa mendapatkan kemandirian, kesehatan, mencintai alam tidak harus lewat ekstrakurikuler Pramuka,” sambungnya.
Meskipun tak ada lagi ekskul wajib, namun Uswatun tetap mendorong agar siswa tetap memilih ekskul di luar mata pelajaran sekolah.
Uswatun meyakini, seluruh siswa yang ada di Jawa Tengah tetap akan memilih satu ekskul di sekolahnya.
“Setiap anak itu diarahkan memilih ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Sifatnya sukarela,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi