“Kalau kita bicara soal kafir, tugas kita adalah mengislamkan orang kafir, bukan mengkafirkan orang Islam. Masa sesama Islam mengkafirkan? Justru harus sebaliknya gitu, orang-orang yang kita pandang kafir kita ajak masuk ke Islam,” jawab Umar Wahid.
Menyoal narasi SARA, ini kata Umar Wahid soal Pilgub Jawa Tengah 2024
Lebih lanjut, Umar pun berpesan kepada umat Islam, utamanya kaum Nahdliyin, untuk memilih calon pemimpin terbaik di Jawa Tengah. Dalam kesempatan itu, Umar pun juga membeberkan alasannya bersedia menjadi Ketua Tim Pemenangan Andika-Hendi.
“Pesan saya kepada para Nahdliyin dan juga kepada para kyai ini, pilihlah calon pemimpin untuk Jawa Tengah yang terbaik. Kenapa saya mau ketua tim sukses Pak Andika? Karena saya yakin Pak Andika dan Pak Hendi adalah yang terbaik,” akunya.
BACA JUGA: Bantah Program “Satu Kelurahan, Satu Gym”, Andika Perkasa Pilih Tangani Kemiskinan di Jawa Tengah
Tak setuju pembagian “abang” dan “hijau”, kenapa?
Dalam elektoral Jawa Tengah, terkenal istilah “abang” atau merah dan hijau. Diketahui, abang digolongkan sebagai kelompok nasionalis, sementara hijau untuk menggambarkan kelompok agama.
Menariknya, Umar menunjukkan ketidaksetujuannya atas pembagian kelompok tersebut dalam elektoral.
“Saya sebetulnya gak terlalu setuju dengan istilah abangan dan hijau gitu, merah dan hijau ya. Kami di NU, pendiri NU adalah Hadratussyeikh K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri Tebuireng, dan saya cucu beliau,” ungkapnya.
Sebagai cucu pendiri NU, Umar diajarkan hubungan antara kebangsaan dan keislaman, bukan pertentangan.
“Jadi saya gak setuju dengan istilah ada abangan, ada hijau gitu. Hijau itu tentara ya, Pak Andika? Jadi, saya akan datangi semua yang perlu didatangi,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi