Pada awalnya, bisnis Nurhayati hanya kecil-kecilan, bergerak secara home industry dan dipasarkan dari rumah ke rumah.
Tak mudah baginya untuk bisnis sampo karena sudah banyak pemain di pasaran.
Perlahan tapi pasti, sampo Putri mulai laris di pasaran. Untuk meningkatkan produksi, Nur pun mendirikan pabrik lebih besar pada 1990.
BACA JUGA: Banyak yang Penasaran! Berikut Rekomendasi Film Original Netflix 2025
Sayang, eksistensi pabrik itu tak berlangsung lama karena kebakaran dan terancam pailit. Nurhayati pun terpuruk. Dia bimbang harus melanjutkan bisnis tersebut atau tidak.
“Saya melihat yang menyebabkan kita merasa tidak terpuruk adalah kalau kita optimis. Kita hanya melihat ke depan, tentu kita juga mesti melihat kegalalan, itu harus dipelajari. Itu yang saya rasakan waktu kebakaran,” ungkap Nur.
Pascakebakaran, perempuan Minang itu memutuskan untuk membangun perusahaannya dari nol hingga sebesar sekarang.
“Kita harus selalu bergerak, tidak boleh berhenti, kita harus menuju ke depan terus,” pungkas Nur. (*)
Editor: Farah Nazila