Setiap ia hendak tidur, Mbok Pawiro selalu melantunkan lagu “Nina Bobo”. “Maka kalau dengar lagu Nina Bobo, saya akan teringat kembali ke masa lalu di Salatiga,” tambahnya.
Sementara itu, pendamping Berit Posthuma selama berada di Salatiga, Warin Darsono, menyampaikan, selama sepekan Berit akan berada di Kota Salatiga untuk mengunjungi beberapa lokasi guna mengenang kembali masa kecilnya.
“Selain ke SD Negeri Salatiga 01 dan 02, Berit juga berkunjung ke kantor Perumda BPR Bank Salatiga,” jelasnya bersama Anastasya Bayu Aji, sesama anggota Komunitas Salatiga Heritage.
BACA JUGA: Usai Salatiga, BMKG Peringatkan Potensi Angin Kencang di Pesisir dan Pegunungan Jateng
Warin mengatakan, kakek Berit merupakan Kepala Sekolah Eerste Europesche Lagere School (EELS). Saat ini bangunan sekolah tersebut berfungsi sebagai SDN Salatiga 01 dan 02.
Ayahnya, Willem Posthuma, serta pamannya, pun lahir di Salatiga. Tepatnya di sebuah rumah dengan halaman luas yang kini menjadi kantor Perumda BPR Bank Salatiga di Jalan Diponegoro 10.
Pada masa Hindia Belanda, bangunan rumah tersebut terkenal dengan nama Toentangscheweg 10. Ayah Berit sendiri juga pernah berkunjung ke Kota Salatiga pada tahun 2012 silam.
Selain mengunjungi bekas kediamannya, ia juga mampir ke sekolah di mana kakeknya pernah menjabat sebagai kepala sekolah pada masa Hindia Belanda. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi












