Selain tempat tinggal, tersedia layanan dasar seperti makanan, layanan kesehatan, dukungan psikososial, dan terapi tradisional seperti pijat dan bekam untuk meringankan beban keluarga terdampak. Tim psikolog memberikan pendampingan untuk membantu anak-anak dan remaja santri mengatasi trauma yang mereka alami.
Petugas mensterilkan lokasi kejadian dari sisa jenazah, limbah, dan zat berbahaya. Mereka juga melakukan disinfeksi dan pembersihan lingkungan untuk mencegah pencemaran di area sekitar.
Petugas turut meninjau kembali tempat pembuangan puing guna memastikan tidak ada bagian tubuh manusia yang terbawa hingga ke titik akhir pembuangan, sebagai bagian dari prosedur penanganan pascabencana.
Kronologi Singkat Ambruknya Mushala
Bangunan empat lantai yang difungsikan sebagai musala di Pondok Pesantren Al Khoziny runtuh secara tiba-tiba pada Senin (29/9) sekitar pukul 15.35 WIB. Insiden terjadi saat santri sedang menunaikan Salat Asar berjamaah pada rakaat kedua.
Reruntuhan bangunan membuat banyak santri terjebak dan memerlukan evakuasi intensif. Setelah 9 hari bekerja keras mengevakuasi korban, operasi SAR resmi ditutup pada Selasa (7/10) pukul 10.00 WIB.
Data Korban dan Penanganan Selanjutnya
Petugas mendata 171 korban, terdiri dari 104 orang selamat dan 67 meninggal dunia, termasuk 7 potongan tubuh yang ditemukan. Dari korban meninggal, 17 sudah teridentifikasi oleh tim DVI.
Pemerintah dan pihak terkait memfokuskan langkah berikutnya pada rehabilitasi bangunan, pemulihan mental para korban dan keluarga, serta evaluasi keselamatan fasilitas pendidikan keagamaan.
Pemerintah daerah juga akan menyiapkan program mitigasi bencana untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.(*)