Dalam fase transisi energi ini, natural gas memegang peranan penting karena keberadaannya yang dipandang sebagai energi fosil paling bersih.
“Cocok dengan lapangan di Regional Indonesia Timur yang banyak menghasilkan gas, terutama untuk lapangan yang berada di kawasan timur seperti Sulawesi dan Papua,” ujar Arifin.
Strategi ini termasuk juga upaya komersialisasi gas dari lapangan marginal dan stranded gas dari beberapa sumur yang dulunya tidak termanfaatkan dengan maksimal.
Pemanfaatan stranded gas ini untuk menopang keekonomian lapangan.
Stranded gas dikembangkan menjadi Compressed Natural Gas (CNG) untuk memasok industri kecil di Jawa Timur seperti rumah makan atau pabrik berskala kecil menengah.
Strategi terakhir yakni mulai melakukan inovasi dari new business dan memperkuat faktor pendukung. Implementasinya adalah melakukan cost optimization dan operational excellence. Juga transformasi sistem dan digitalisasi, melakukan sinergi dengan entitas Pertamina lainnya di luar Regional Indonesia Timur, dan komersialisasi produk.
BACA JUGA: Pertamina EP Field Cepu dan PWI Sosialisasi Migas dan Jurnalistik ke Sekolah
Di hadapan seluruh media yang hadir, Arifin menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas dukungan media terhadap operasi perusahaan.
“Bagi kami media bukan hanya mitra, tapi juga memegang peranan strategis sebagai penyambung antara perusahaan dengan pemangku kepentingan lainnya. Sehingga operasi migas di wilayah timur ini dapat berjalan dengan aman dan lancar. Demi mewujudkan ketersediaan energi menuju Indonesia Emas,” jelasnya. (*)
Editor: Farah Nazila