Tantangan regenerasi dan konsistensi suara anak
Bosko Voice mengalami regenerasi anggota setiap tahunnya. Anak-anak kelas 6 yang lulus harus digantikan oleh siswa baru yang belum terbiasa dengan ritme latihan yang padat. Ini menjadi tantangan tersendiri.
“Anak-anak baru masih beradaptasi. Belum terbiasa duduk lama, menyanyi terus, apalagi membentuk harmoni suara. Selain itu, kalau ada yang sakit, latihan jadi tidak maksimal,” kata Puput.
Konsistensi juga terjaga lewat aturan kesehatan suara. Anak-anak diminta menghindari minuman es, gorengan, makanan berminyak, dan micin. Para orang tua juga dianjurkan memberi suplemen dan vitamin untuk menjaga kondisi anak.
Untuk bergabung di Bosko Voice, siswa harus melewati proses seleksi sejak kelas 3. Namun seleksi berlangsung secara bertahap dan penuh pendekatan.
“Kami tidak langsung uji suara hari itu juga. Anak-anak di beri kesempatan menyesuaikan diri dulu dengan pelatihnya, agar nyaman dan tidak gugup. Barulah pelatih menilai kualitas suara mereka,” jelas Puput.
Dalam proses ini, tidak hanya suara yang dinilai, tetapi juga semangat, kedisiplinan, dan komitmen untuk berlatih.
Keunikan dan persiapan kompetisi selanjutnya untuk Bosko Voice
Puput menilai Bosko Voice punya keunikan tersendiri yang membedakan dari kelompok paduan suara lain.
“Suara anak-anak kami punya karakter unik. Setiap tahun berbeda, tapi selalu ada kekhasan tersendiri. Mungkin itu yang membuat juri-juri di luar kota dan luar negeri juga terkesan,” tuturnya.
Saat ini Bosco Voice tengah mempersiapkan dua kompetisi besar, yaitu UNDIP Choir Festival pada pertengahan September, dan Karangturi International Choir Competition pada November 2025.
“Kami optimis bisa mempertahankan prestasi. Anak-anak sudah menunjukkan semangat luar biasa,” pungkas Puput.
BACA JUGA: Lapas Semarang Gelar Lomba Paduan Suara Bagi Napi Jelang Kenaikan Isa Almasih
Bosko Voice menjadi bukti bahwa seni bisa menjadi wahana pendidikan karakter. Di balik harmoni suara anak-anak, tersembunyi proses panjang membentuk disiplin, tanggung jawab, dan kerja sama. SD Pangudi Luhur Don Bosko Semarang tak sekadar membina penyanyi cilik, tapi membentuk pribadi siswanya sejak bangku sekolah dasar. (*)
Editor: Farah Nazila