Namun, selain sifat buruk Cendala yang menguasai sang penari balet, Abel ternyata ingin menyampaikan pesan tersirat dari lukisannya.
“Kalau orang-orang melihat pasti mikirnya ini orang yang diatur, tapi sebenernya aku menceritakan karakter satu orang, yang aku nggak suka,” ungkapnya.
Menurutnya, terkadang orang yang kita benci secara tidak langung masih tetap memberikan manfaat. Seperti halnya penari balet tersebut, yang tak lain mampu menampilkan tarian balet yang indah berkat Cendala.
“Pesan dari lukisan ini, ternyata orang yang nggak kita suka pun masih ngasih manfaat dan impact ke kita. Jadi walau kita nggak suka sama seseorang, kita tidak boleh langsung memutus hubungan, karena secara nggak langsung dia masih bermanfaat untuk perkembangan diri kita,” jelasnya.
Abel mampu menyelesaikan lukisan ini hanya dalam waktu satu malam. Tak heran karena ia sejak kecil memang mempunyai ketertarikan dalam dunia seni. Apalagi, sang ayah pun suka melukis.
“Di kerjakan semalam, inspirasinya karena waktu itu aku kaya lagi nggak disiplin, keteteran banget, nggak tau mau kemana, akhirnya terbentuk karya ini,” ucapnya.
Tak berhenti sampai Metamorfosart 5 saja, dalam mengenyam pendidikan di Prodi ISAI UIN Walisongo, Abel bertekad untuk terus mengembangkan kreativitas dan bakatnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi