Fauzi menambahkan, berdasarkan informasi dari Asosiasi Batik dan Tenun Nusantara, kondisi UKM batik yang masih terpuruk tersebut tidak hanya pihaknya alami.
Sejumlah UKM Batik di Kabupaten Semarang pilih banting setir
Ternyata, umumnya UKM batik di daerah lain pun masih mengalami keterpurukan serupa. Sejumlah pelaku UKM batik bahkan harus banting setir karena kebutuhan yang mereka hadapi.
Ada juga beberapa di antaranya yang memilih beralih profesi. Sebab, menurut mereka, UKM batik ini sudah tak menjanjikan lagi. Selain itu, tekanannya juga luar biasa.
“Bagaimana mungkin UKM ini bisa menghidupi para pekerjanya jika orang berbelanja batik saja sampai sekarang masih sepi atau pasar batik masih lesu,” katanya.
Fauzi pun mengungkapkan UKM batik seperti usahanya memang spesifik, baik untuk produk maupun pangsa pasarnya yang memang eksklusif.
BACA JUGA: Mengenal Paguyuban Katun Ungu, Wadah Bagi Tuna Rungu Semarang Membatik
Saat ini, usahanya masih terbantu oleh pasar ritel (satuan atau eceran) dan pasar kelembagaan. Misalnya seperti pesanan bahan seragam oleh instansi pemerintahan maupun swasta.
Namun, kabar yang tak mengenakkan kembali berembus bagi pelaku UKM batik sepertinya. Khusunya, terkait kebijakan efisiensi anggaran yang belakangan tengah ramai jadi perbincangan.
“Sehingga ada juga order pasar kelembagaan yang mestinya sudah bisa direalisasikan di tahun ini. Pada akhirnya, itu juga harus tertunda atau malah batal,” tandas Fauzi. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi