Ia mengaku prihatin melihat banyak kasus di mana guru-guru SLB disalahkan atas tindakan disiplin yang mereka ambil. Salah satu contohnya adalah kasus di Yogyakarta, di mana seorang guru di permasalahkan karena mencubit siswa yang telah menganiaya temannya hingga opname di rumah sakit.
“Saya yakin teman-teman guru pasti memiliki alasan ketika harus bertindak seperti itu. Tidak mungkin tanpa sebab. Tapi sekarang kami jadi takut bertindak, bahkan sekadar memarahi siswa pun bisa dilaporkan,” ujarnya.
Dedikasi Sulis terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus tidak berhenti di sekolah. Ia bahkan mendirikan Yayasan Anak Hebat di rumahnya.
BACA JUGA: Jatuh 25 November, Ini Naskah Amanat Pembina Upacara Hari Guru Nasional 2024, Resmi Kemendikdasmen
Ia menyediakan berbagai layanan untuk anak-anak tunarungu. Mulai dari pendidikan anak usia dini, terapi, les belajar, hingga karate, yayasan ini menjadi ruang bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk berkembang.
Meski lelah secara fisik dan mental, Sulis tidak pernah surut semangatnya. Bagi dia, pendidikan adalah cara untuk mengubah kehidupan anak-anak berkebutuhan khusus, memberikan mereka harapan, dan membuka jalan menuju masa depan yang lebih baik.
“Mendidik anak-anak tunarungu dari yang awalnya mereka nggak bisa berbahasa hingga mereka bisa berbahasa, meski hanya satu kata, itu adalah kepuasan yang tak ternilai bagi saya,” tandas Sulis. (*)
Editor: Farah Nazila