SEMARANG, beritajateng.tv – Hari Guru diperingati sebagai momen untuk mengenang jasa dan perjuangan para guru. Bagi Sulisnuryati, Hari Guru Nasional juga menjadi pengingat akan tantangan besar yang pendidik hadapi.
Sulis adalah satu dari sekian guru di SLB Negeri Kota Semarang. Dengan dedikasi dan ketulusan, Sulis telah mengabdikan hidupnya lebih dari dua dekade untuk mengajar siswa berkebutuhan khusus.
Menjadi guru SLB tentu tidaklah mudah. Sulis harus menghadapi situasi emosional dan psikologis dari para siswanya yang tidak stabil.
“Setahun lalu, saya punya murid yang tantrum sampai melukai diri sendiri. Kalau kita lengah, dia bisa melukai teman-temannya. Kalau kita salah langkah dalam menenangkan, malah bisa disalahartikan sebagai tindakan menganiaya,” kisah Sulis kepada beritajateng.tv, Senin, 25 November 2024.
BACA JUGA: Lomba Bocce dan Karaoke Meriahkan Hari Guru Nasional di SLB Kota Semarang
Meski dalam aturan, seorang guru SLB idealnya hanya menangani lima siswa. Namun pada kenyataannya, Sulis sering menangani 10 hingga 15 siswa dalam satu kelas.
Situasi ini jelas membuat tugasnya sebagai guru menjadi semakin menantang. Meski begitu, ia tetap memilih untuk mengabdi di SLB ketimbang mengajar di sekolah reguler.
“Kalau saya disuruh memilih, saya tetap memilih SLB. Ada kepuasan tersendiri ketika melihat anak-anak yang tadinya tidak bisa berbahasa, pelan-pelan mulai mampu mengucapkan satu kata,” tuturnya.
Menjadi guru SLB adalah panggilan dan kepuasan hati
Menjadi guru SLB tidak hanya menuntut ketulusan, tetapi juga keberanian. Sulis berharap pemerintah lebih memberikan perlindungan hukum bagi para pendidik SLB.