SEMARANG, beritajateng.tv – Malam di Jalan Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah kini tak lagi sepi. Sejak Juli lalu, kawasan yang dulunya gelap dan cenderung rawan itu berubah menjadi pusat tongkrongan baru anak-anak muda, terutama mereka yang dikenal sebagai “anak skena”. Sepanjang jalan dipenuhi kursi-kursi plastik, gelas kopi panas, dan deru kendaraan yang tak pernah berhenti melintas.
Zamran, salah satu pedagang kopi pionir di Pekojan, menceritakan bagaimana ide membuka lapak bermula.
“Awalnya saya lewat sini, jalannya sepi, bangunan tua masih banyak, tapi trotoar dan aspalnya baru. Dari situ kepikiran, kenapa enggak coba buka kopi pinggir jalan. Kiblat saya Jogja dan Solo, di sana konsep street coffee udah ramai, tapi di Semarang masih jarang,” jelasnya saat beritajateng.tv temui di lapaknya pada Sabtu, 27 September 2025.
Sejak membuka usaha “Tersenyum Kopi” pada Juli 2025, Zamran merasakan geliat berbeda. Dari mulut ke mulut, hingga promosi di TikTok dan Instagram, kawasan Pekojan mendadak viral.
“Hari pertama buka masih teman-teman sendiri yang datang, tapi malam minggunya langsung rame. Sejak itu banyak pedagang lain ikut buka, suasana jadi hidup,” tambahnya.
BACA JUGA: Sajian Bubur India di Masjid Jami Pekojan, Tradisi Turun-temurun yang Terus Lestari
Zamran mengakui, meski sederhana, konsep nongkrong pinggir jalan justru digandrungi anak muda. Harganya ramah di kantong, suasananya bebas, dan ada nuansa “underground” yang jarang ditemui di kafe formal.
Keberadaan tongkrongan ini bukan hanya menghidupkan suasana jalanan yang sebelumnya mati, tapi juga memberi peluang ekonomi baru bagi warga. Zamran pun optimistis, ke depan Pekojan akan semakin berkembang tanpa kehilangan ciri khas street coffee.
“Yang penting terus berinovasi. Bisa lewat live music, promo, atau acara kecil-kecilan biar orang enggak bosan. Tapi konsepnya tetap street kopi, itu yang jadi daya tarik utama,” ujarnya.
Nongkrong di Pinggir Jalan Tetap Stylish ala Anak Skena
Caca dan Oca, dua pengunjung yang sudah sering nongkrong di Pekojan, menilai tempat ini punya atmosfer berbeda dari tongkrongan lain di Semarang.
“Kalau di Gajah Mada rame banget dan bising, di sini lebih slow, lebih masuk ke gang. Enak aja, nongkrong di pinggir jalan kayak gini,” kata Caca.