Penghormatan Sinci Ketiga untuk Anak-anak Korban Kekerasan
Sebelumnya, dua sinci telah diletakkan sebagai penghormatan kepada tokoh pluralisme Kiai Haji Abdulrahman Wahid (Gus Dur) dan Ita Martadinata, korban tragedi Mei 1998.
Peletakan sinci ketiga menjadi momen penting untuk mengenang dan menyuarakan kepedulian terhadap anak-anak yang menjadi korban kekerasan, baik dalam rumah tangga maupun institusi pendidikan.
“Peletakan sinci ini bukan sekadar seremoni. Ini cara kami mengingatkan publik. Kekerasan terhadap anak masih terjadi di depan mata kita,” ujar Harjanto Halim, Ketua Perkoempoelan Boen Hian Tong dalam sambutannya pada Sabtu, 26 Juli 2025.
BACA JUGA: 41 Tahun Ratifikasi CEDAW, Doa Lintas Iman Hingga Desak Negara Lindungi Korban Kekerasan Seksual
Harjanto menyebut beberapa kasus yang menjadi alasan spiritual dan moral di balik peletakan sinci. Tragedi kekerasan terjadi pada anak-anak yang dilakukan orangtua bahkan teman-teman sebayanya.
Melalui peletakan sinci tersebut, Harjanto menekankan pentingnya tanggung jawab orang tua dalam membesarkan anak dengan kasih sayang, bukan dengan kekerasan.
“Semua anak berhak punya orang tua, tapi tidak semua orang tua berhak punya anak,” ujarnya tegas di hadapan hadirin.
Harjanto berharap peletakan sinci ini menjadi pengingat kolektif dan titik balik dalam kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan anak.
“Semoga dari sinci ini, tumbuh doa dan tekad bersama, jangan ada lagi anak yang jadi korban kekerasan,” tutupnya.
Sekedar informasi, turut hadir beberapa komunitas sosial seperti Legal Resource Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC-KJHAM) dan Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) Semarang. (*)
Editor: Andi Naga Wulan.