Semarang, 30/11 (BeritaJateng.tv) – Pemkot Semarang terus mendorong penerapan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di masyarakat. Nantinya, Germas diinginkan dapat menghimpit keberadaan penyakit non infeksius atau penyakit tidak menular (PTM) yang sebetulnya wajib selamanya diwaspadai.
Adapun salah satu inovasi pelaksanaan Germas di Kota Semarang menonjolkan program inovatif Lawangsewu (Layanan Warga Semarang Sehat Setiap Waktu).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, M Abdul Hakam, mengatakan, pelaksanaan kesibukan Germas dapat melibatkan seluruh OPD untuk bergerak bersama, dan tidak cuma dari instansinya saja.
Program inovatif Lawangsewu, kata dia, sebetulnya udah dilakukan sejak sebelum pandemi Covid-19. Hanya saja, pelaksanaannya tidak cukup maksimal karena Dinkes pun wajib mengedukasi masyarakat bersama penerapan protokol kesehatan untuk menahan penyebarluasan Covid-19.
”Selama ini, angka penderita PTM seperti Diabetes Melitus (DM), Hipertensi, sampai Obesitas tiap tiap th. selamanya naik. Kami masih menghendaki terkecuali penerapan Germas dan Lawangsewu dapat dapat menghimpit angka PTM,” ujar dia, disela-sela acara Lokakarya Advokasi dan Horizontal Learning (AHL) didalam rangka publikasi pembelajaran Germas, di Ballroom Hotel Tentrem, Senin (29/11).
Hakam menyebut terkecuali Kota Semarang lewat konsep Smart City udah menerapkan Lawangsewu yang terbagi atas lima klaster. Mulai dari klaster kesibukan fisik, klaster edukasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), klaster deteksi penyakit dini yang didalamnya termasuk random sampling Covid-19, klaster pangan sehat dan bergizi, serta klaster kesehatan lingkungan. Kegiatan ini, imbuh Hakam, diadakan di masing-masing Puskesmas di tiap tiap Kecamatan yang tersedia di Kota Semarang. Untuk aktivias fisik isalnya, Pemkot udah membangun pusat olahraga (sport center) di tiap tiap kecamatan.
”Kami termasuk punya information dari sejumlah start up seperti gofood, grabfood, shopee food. Kami minta information dari mereka per kelurahan terkait pembeli yang belanja kuliner, untuk menyaksikan segi efek warga yang paling tinggi terkena PTM di daerah tersebut. Pendeteksian untuk mengetahui pola makan dan gaya hidup masyarakat dari makanan yang sering dipesan. Jika dapat diketahui maka dapat dicegah bersama cara mengedukasi masyarakat tentang pola makan dan gaya hidup yangs ehat. Caranya bersama menerjunkan para nutrisionis. Ini lebih baik dibandingkan wajib jalankan perawatan kepada mereka sesudah terkena PTM,” papar dia.
Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, menyampaikan, inisiasi dan inovasi penerapan Germas dilakukan sebagai bisnis untuk menyaksikan kepekaan pemerintah pada masalah kesehatan yang tersedia di wilayah-wilayah.