“E-katalog bukan hanya untuk konstruksi, tetapi juga untuk semua sektor, termasuk makanan dan konveksi,” tambahnya.
Mbak Ita juga mengusulkan agar setiap izin untuk hotel atau retail mencakup area khusus bagi IKM lokal.
Langkah ini bertujuan untuk membantu pelaku IKM meningkatkan kualitas produk mereka dan mendapatkan sertifikasi SNI. Ia memberi contoh keberhasilan batik Semarang yang kini di akui secara nasional berkat keberlanjutan dan inovasi.
Go Global
Melalui kolaborasi lintas kementerian, pihaknya berharap pelaku IKM di kota Semarang dapat terus berinovasi dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi kota serta kabupaten di seluruh Indonesia.
“Mari kita dukung dan kembangkan potensi IKM ini agar bisa menjadi pondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.
Sementara, Agustina Wilujeng, Wakil Ketua Komisi X DPR RI mengungkapkan kerja sama antara Pemkot, BUMN, dan BUMD sangat perlu untuk mengkurasi produk UMKM.
Produk yang akan di kurasi meliputi kemasan menarik, ramah lingkungan, makanan, dan konveksi. Dengan pengkurasian ini, harapannya produk UMKM dapat memenuhi standar SNI dan bersaing di tingkat internasional.
Lebih lanjut, dia juga menyoroti tren produk yang di minati pasar global. Seperti produk olahan gluten-free yang menggunakan bahan organik dan kemasan menarik.
“Kita perlu fokus pada produk-produk ini agar UMKM kita bisa bersaing di pasar yang lebih besar,” tegasnya.
Dia menambahkan bahwa banyak produk UMKM yang sebenarnya sudah siap diekspor, namun menghadapi tantangan dalam hal keberlanjutan pesanan.
Ia mengusulkan agar Pemkot Semarang melakukan kunjungan ke negara-negara yang potensial untuk membangun kerja sama dengan industri grosir, guna menciptakan saluran distribusi yang lebih berkelanjutan. (*)
Editor: Elly Amaliyah