“Kami ajak masyarakat kreatif, kami latih berbagai pelatihan kerja, ada boga, keterampilan bengkel, macam-macam. Sehingga mereka bisa mandiri dan tidak berharap yang namanya bantuan,” katanya.
Kedua, kata Darodji adalah pemberian modal sekaligus pendampingan dan pengawasan oleh para penyuluh agama di Jawa Tengah.
“Sudah 95 persen berhasil. Misal, awalnya dia bekerja punya dua meja sekarang punya lima meja. Dulu belum punya pembantu sekarang sudah punya, artinya kemajuan,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pendayagunaan dan Layanan UPZ dan CSR Baznas RI Eka Budi Sulistyo mengatakan Jawa Tengah menjadi percontohan dalam penerimaan zakat.
Dalam perkembangannya, pihaknya mendorong pembayaran zakat melalui digital. Langkah ini menyesuaikan generasi milenial yang dikenal melek digital.
“Kami memfasilitasi dengan berbagai kanal digital terutama generasi milenial bisa mudah membayar zakat, infak, dan sedakah, bisa melalui e-wallet, m-banking, dan termasuk QRIS,” ujarnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah