Lebih lanjut, Munjiran menyoroti kegiatan di sekolah yang begitu banyak. Ini bisa berpotensi membuat anak-anak stres.
Sekolah di Semarang sudah mengusung konsep ramah anak. Seharusnya, ada upaya mewujudkan kenyamanan bagi anak saat di sekolah. Hanya saja, seiring perkembangan, banyak kebutuhan anak sekolah yang semakin kompleks hingga bisa menyebabkan depresi.
“Di Semarang punya RDRM (Rumah Duta Revolusi Mental). Kalau ada anak begitu konsultasi ke RDRM. Mendapat diagnosa depresi, akan segera mendapat rujukan ke psikolog,” ujarnya.
Pentingnya Life Skill
Sementara, Kepala DP3A Kota Semarang, Ulfi Imran Basuki mengatakan, berupaya melakukan pembinaan kepada anak-anak dengan Dinas Pendidikan.
Di sektor informal, dia menekankan, peran keluarga sangat penting dalam membentuk karakter anak. Orang tua harus memiliki ilmu pola asuh atau parenting agar anak tidak sampai berbuat yang negatif.
“Banyak anak-anak berani dengan orang rua, berani dengan guru, kasus membacok guru, melawan bullying. Kita sepakat bahwa ilmu komunikasi orang tua dan anak lenting. Kalau tidak biasa curhat dengan ortu berbahaya. Kasus bunuh diri itu komunikasi tidak efektif di keluarga,” jelasnya.
DP3A, kata Ulfi, memiliki forum anak. Forum ini dibentuk agar anak-anak memiliki saluran untjm berkegiatan positif dengan bimbingan tokoh masyarakat. (*)
Editor: Elly Amaliyah