“Ini sedang cari majalah yang bertemakan perjuangan. Memang mencari yang terbitan lama semua, tadi malah nemu terbitan tahun 1960-an,” kata Fitri.
Toko buku bekas di kompleks Stadion Diponegoro bertahan di era digitalisasi
Meski masih menjadi jujugan beberapa orang untuk mencari bahan bacaan, namun dapat terlihat bahwa kejayaan toko buku bekas di Stadion Diponegoro telah meredup.
Hal tersebut terungkap oleh Seny, salah satu pedagang di sana. Ia yang telah berjualan sejak tahun 1990-an ini mengaku minat masyarakat untuk membeli buku di kawasan itu telah menurun.
“Yang jelas sekarang lebih sepi daripada dulu, apalagi waktu Covid itu benar-benar sepi. Kalau bulan-bulan ini agak lumayan karena lagi musim pelajaran baru,” ungkap Seny yang memiliki dua toko buku ini.
BACA JUGA: Bermula dari Kios Buku, Begini Sepak Terjang Maring Institute Giatkan Literasi Anak Muda di Semarang
Lebih lanjut, ia menduga turunnya penjualan buku bekas di tempatnya akibat perkembangan digital yang sangat pesat. Menurut Seny, saat ini orang lebih memilih membeli buku secara online. Selain itu, banyak bacaan yang kemudian juga tersedia dalam versi digital.
“Ini sebenarnya sudah buka juga di Tokopedia dan Shopee, karena kalau ngandelin penjualan toko nggak bisa. Ibaratnya kalau di toko ada yang beli ya Alhamdulillah, kalau enggak ya sudah,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi