Di Kampung Bokoran-lah sang mertua pertama kali menjajakan soto. Saat itu, Soto Bokoran belum berupa warung besar tetapi hanya angkringan sederhana.
“Dulu kan pakai angkringan, jualan di Gang Pecinan, Gang Lombok, Gang Baru, lama-lama kita bikin warung di Kampung Bokoran itu,” jelasnya.
BACA JUGA: Nikmati Sensasi Nongki Beda dengan Pemandangan City View di Ideologist Space Semarang
Satu porsi soto terbilang terjangkau untuk ukuran makanan legendaris, yakni Rp15 ribu saja. Sementara untuk perkedel terpatok Rp3 ribu.
Tak kalah dengan pusatnya, Soto Mbokoran milik Soehaeny juga menjadi jujugan kuliner legendaris masyarakat Kota Semarang. Dalam sehari, Soehaeny mampu menjual hingga 300 mangkuk soto.
Kebanyakan pembelinya berasal dari kalangan keluarga, wisatawan, hingga orang-orang selesai bersepeda. Terutama, bagi para wisatawan di sekitar Klenteng Sam Poo Kong. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi