Scroll Untuk Baca Artikel
HeadlineJatengNews Update

Picu Konflik, Berita Bohong Perlu Diperangi dengan Meningkatkan Literasi

×

Picu Konflik, Berita Bohong Perlu Diperangi dengan Meningkatkan Literasi

Sebarkan artikel ini
Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Semarang Rahmulyo Adiwibowo memberi sambutan dalam FGD Kurikulum Cek Fakta & Literasi Berita di Sekolah. (ricky fitriyanto/beritajateng.tv)

SEMARANG, 2/6 (beritajateng.tv) – Informasi palsu yang tersebar secara terbuka di berbagai platform digital dan media sosial harus diperangi lantaran bepotensi memicu terjadinya konflik. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan literasi untuk menyaring informasi ini.

Pernyataan ini diungkapkan Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Semarang Rahmulyo Adiwibowo dalam sambutannya saat membuka Diskusi Terfokus (FGD) Kurikulum Cek Fakta & Literasi Berita di Sekolah yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di Patra Convention Hotel Semarang, Kamis (2/6/2022).

“Kebebasan informasi sudah dilindungi UU nomor 14 tahun 2008. Tugas kita adalah menjaga kebebasan itu, karena informasi ngawur yang bebas tersebar akan memicu terjadinya konflik,” ungkap founder sekaligus pemilik komunitas informasi digital MIK Semar tersebut.

Rahmulyo menambahkan, ada orang-orang sengaja menyebar berita bohong di media sosial atau grup percakapan digital. Inilah yang terjadi akhir-akhir ini. Sejalan dengan itu, banyak orang yang malas membaca keseluruhan berita, hanya judulnya yang dibaca.

“Melihat kenyataan ini, kita semua mempunyai tanggung jawab moral untuk memperbaiki (situasi) ini dan mendidik anak-anak kita agar tidak terbiasa dengan kondisi itu,” tegas politikus PDI Perjuangan itu.

Hal tersebut juga diamini Wakil Ketua AMSI Pusat Irfan Djunaedi. Dalam sambutannya, Irfan mengatakan, FGD yang digelar di Patra Convention Hotel Semarang itu merupakan ikhtiar AMSI untuk memerangi tersebarnya berita bohong yang menyesatkan dan membawa korban.

“Ini bukan sekadar tanggung jawab media, tapi juga semua stake holder literasi seperti sivitas akademika kampus, pendidik di sekolah, NGO, dan lain-lain,” terangnya.

Pemimpin Redaksi Republika itu menegaskan, FGD ini penting karena Indonesia sedang mengalami kekeruhan informasi. Berita yang benar bercampur dengan yang keliru. Jika tidak mempunyai kemampuan untuk menyaringnya, akan muncul dampak negatif yang membahayakan.

“Tidak sedikit peristiwa atau konflik yang dipicu oleh informasi yang keliru. Saya berharap ini jadi instrumen penting serta bekal yang berguna untuk menjadi filter saat kita disuguhi berbagai bentuk berita,” ujar koordinator kegiatan News Literacy Google di AMSI tersebut.

Tinggalkan Balasan