Di sela sela kesibukannya setiap jam istirahat, Jovi menyempatkan pulang untuk membantu ibunya menyajikan lontong blayer beserta minuman ke pelanggannya.
“Kalau pas istirahat siang, saya sempatkan pulang untuk membatu ibu, membuat minuman dan menyajikan ke pembeli,” imbuhnya.
Tak menyangka lontong blayernya menjadi laris. Iapun mulai merekrut beberapa karyawan. Harganya yang terjangkau antara 15 – 20 ribu per porsi, membuat omset kotor perbulanya mencapai Rp. 20 juta.
“Itu kotor lo mas, belum dipotong untuk gaji karyawan dan untuk beli bahanya juga,” jelasnya sambil tersenyum.
Kini kulinernya tak hanya lontong blayer saja namun juga ditambah penyetan karena permintaan pembeli yang tidak suka sayur santan.
Salah satu pelanggan setianya Mustakim, mengaku sering makan lontong blayer milik Jovi. Karena selain pedasnya bisa diatur juga rasa sambel kacangya juga membuat rasanya tambah mantab.
“Sambel kacangnya itu lo, bikin berbeda dengan lontong sayur lainya. Bikin saya ketagihan,” ucapnya.
Untuk membuat pemlanggan betah Jovi punya tip tersendiri. Mantan duta wisata Kabupaten Blora ini, mengaku yang pertama mempertahankan rasa, dan yang kedua selalu senyum ramah terhadap pelanggan. (Her/El)