Bangunan yang dibangun, lanjut Tri adalah aset milik Pemkot Semarang yang dimaksimalkan dengan kucuran anggaran DAK. “Dulu bangunnya sudah ada, tapi ini dibangun lebih mewah dan megah sehingga bisa menambah nilai aset Pemkot,” katanya.
Saat ini lanjut Tri, di kawasan Malon sudah ada 25 pengajian batik yang eksis. Mereka menggunakan rumah pribadi sebagai galeri. Harapannya dengan adanya sentral batik, kawasan tersebut akan menjadi ramai dan diminati wisatawan, sebagai tempat pameran serta berkarya pelaku usaha batik.
“Sebelumnya mereka cuman mendisplay produk batik dirumahnya, nah ini nanti kita tarik ke sentral batik untuk tempat pameran,” tambahnya.
Disperin, lanjut dia, juga melakukan pelatihan kepada warga sekitar. Total ada 40 masyarakat sekitar, yang saat ini sudah menjadi pengerajin batik. Menurutnya, Batik Malon punya ciri khas tersendiri, dibandingkan batik ditempat lain. “Bedanya dengan batik lainnya, adalah warna yang digunakan ini alami. Dari tanaman atau diambil dari alam,” tuturnya .
Sebelumnya, Disperin sendiri juga mendapatkan kucuran anggaran DAK, untuk membangun sentra industri logam di Kawasan Industri Wijaya Kusuma , dengan besaran anggaran sekitar Rp 28 miliar.
“Total anggaran yang diberikan, kita berhasil serap Rp 21 miliar. Sentra logam ini, sekarang sudah beroperasional,” pungkasnya. (Ak/El)