“Maka BLK-nya kita harus connect-kan dengan investasi di wilayah dia berada. Contoh misalnya, BLK kita harus menceta, begitu ada yang masuk BLK, dia langsung disalurkan kerja. Bukan hanya program, tapi kegiatan, sehingga orientasinya adalah orientasi kerja atau orientasi hasil,” jelas Luthfi.
Senada dengan itu, Luthfi menyebut perbaikan infrastruktur di berbagai bidang juga menjadi fokusnya pada 2025. Mulai dari infrastruktur jalan hingga pendidikan.
“Infrastruktur 2025 habis [dikerjakan] full. Infrastruktur jalan, infrastruktur sekolah, infrastruktur sumber daya manusia, kemudian infrastruktur pendidikan, semuanya kita lakukan untuk hari ini. Untuk apa? 2026 kita akan soal pembangunan,” pungkas Luhtfi.
Wamenaker RI sebut kondisi global pengaruhi nasib lapangan pekerjaan di Indonesia
Sebelumnya, Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer menyatakan masih optimistis janji kampanye Presiden Prabowo Subianto untuk menciptakan 19 juta lapangan kerja masih mungkin terealisasi.
Namun, ia menegaskan keberhasilan target ambisius tersebut sangat bergantung pada stabilitas kondisi ekonomi global dan iklim investasi di Indonesia.
“Nah masalahnya kan kondisi global ini lagi hancur-hancuran. Memang Pak Prabowo Tuhan bisa ngeliat ke depan. Ada yang tau Presiden Amerika sekarang Donald Trump, kan ga ada yang tau. Semua kan gambling semua,” ujar Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer, di Kantor Kemenaker RI, Jakarta, Jumat, 15 Agustus 2025.
BACA JUGA: Minta Demo di Pati Tak Usik Investasi, Ahmad Luthfi Tanggapi Soal Warga Desak Bupati Sudewo Mundur
Immanuel menuturkan, gejolak perekonomian global menjadi hambatan terbesar dalam menciptakan lapangan kerja baru. Dia menuturkan, faktor seperti perang tarif yang dipicu kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memberikan tekanan bagi industri di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Ia juga menegaskan bahwa pernyataan 19 juta lapangan kerja disampaikan dalam konteks kondisi global yang stabil. Sedangkan, di situasi global sekarang imbas dari perang tarif Trump banyak sektor yang tutup. (*)
Editor: Farah Nazila