Jateng

Pudakpayung Masuk Nominasi Lomba Desa Kelurahan Provinsi Jawa Tengah, Ini Potensi dan Unggulannya

×

Pudakpayung Masuk Nominasi Lomba Desa Kelurahan Provinsi Jawa Tengah, Ini Potensi dan Unggulannya

Sebarkan artikel ini
biksu thudong Pudakpayung Masuk Nominasi Lomba Desa Kelurahan Provinsi Jawa Tengah, Ini Potensi dan Unggulannya
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita saat melepas rombongan biksu thudong di Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti, Bukit Kassapa, Pudakpayung, Banyumanik, Kamis, 16 Mei 2024. (Fadia Haris Nur Salsabila/beritajateng.tv)

“Itu sudah menjadi unggulan kami, jadi di sana ada satu RW warganya membuat jajanan tradisional beraneka ragam di tiap-tiap rumah, bahkan para pelanggan itu datang dengan sendirinya,” sebutnya.

Tak hanya itu, ada pula kampung Literasi di mana masyarakat secara swadaya membangun perpustakaan mandiri bernama Perpustakaan Payung Prasetya Semarang. Ada pula perpustakaan dan rumah pintar Merpati, keduanya berlokasi di RW 12.

“Itu juga jadi unggulan dan binaan Dinas Arsip Dan Perpustakaan (Arpus) kota Semarang. Alhamdulillah pernah mengantarkan Pudakpayung menjadi juara,” paparnya.

Selain itu, ada posyandu terintegrasi di RW 10 Pudakpayung, lengkap terintegrasi dengan Pos PAUD, Posbindu (Pos Binaan Terpadu), Posyandu Lansia. Program tersebut menghantarkan Pudakpayung juara II tingkat Kota Semarang.

Kelurahan Pudakpayung, kata dia, memiliki 16 RW yang telah diidentifikasi dan mempunyai julukan-julukan nama kampung sesuai unggulan dan potensinya.

Rintis Wisata Curug Kedung Kudhu

“Di RW 1, saat ini kami punya rintisan wisata namanya Curug Kedung Kudhu yakni air terjun yang berasal dari lima sumber mata air,” ujar Pamirah.

Untuk menuju Curug Kedung Kudhu harus melewati ondo rante atau tangga rantai yang sudah ada sejak zaman Belanda. “Kami berusaha memperkenalkan pariwisata lokal di kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik. Bahkan sudah ada pengajuan bantuan infrastrukturnya,” imbuhnya.

Di area tersebut juga terdapat Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti Wungkal Kasap yang jadi persinggahan Bikhu Thudong beberapa waktu yang lalu.

Rupanya, vihara tersebut bukanlah vihara biasa melainkan vihara pertama kalinya Sima berdiri pada 1959 silam. Vihara ini diakui nusantara sebagai salah satu vihara tertua, setara dengan Borobudur. “Kami berusaha mengangkat sehingga bisa menjadi wisata religi,” terang dia.

“Masih di RW 1, ada pula kelompok Batik Arlynn Eco Print. Karena berada di lingkungan perumahan sehingga memanfaatkan dedaunan yang ada di sekitarnya untuk meminimalkan limbah sampah,” bebernya.

Pamirah menyebut, unggulan-unggulan tersebut merupakan bentuk dukungan masyarakat yang turut mensukseskan pemberdayaan di wilayahnya.

“Masyarakat dengan sukarela mengangkat wisata budaya di Pudakpayung, bahkan ada pagelaran Wayang Kulit dalam rangka sedekah bumi hingga 4 kali dalam setahun. Seperti kemarin di dukuh Krajan ada wayangan dan Alhamdulillah Bu Walikota rawuh,” terangnya.

Pihaknya juga terus melibatkan warga dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui tradisi Nyadran. Hal ini lantaran di Pudakpayung mempunyai 11 sendang atau mata air yang masih alami dan terjaga.

“Peran serta masyarakat sangat luar biasa, bahkan secara administrasi cukup lengkap. Mudah-mudahan Pudakpayung yang mewakili kota Semarang dalam Lomba Desa dan Kelurahan di Tingkat Provinsi Jawa Tengah bisa mendapatkan hasil yang terbaik,” harap Pamirah. (*)

Editor: Elly Amaliyah

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan