Namun, jarak ISI Yogyakarta yang jauh membuatnya tak bisa lepas dari rumah. Sehingga, pilihannya pun jatuh pada Unnes.
“Karena di Unnes dingin. Aku sangat sensitif dengan hawa, kalau terlalu panas tidak bisa kerja,” ujarnya.
BACA JUGA: Sempat Putus Sekolah, Puput Jadi Pelukis Internasional, Laku Hingga Rp200 Juta
Lebih lanjut, disleksia yang ia derita tak jadi penghalang untuk Angga bersosialisasi. Melalui Art Exhibition bertajuk ‘My Journey’ yang Klub Merby gelar pada saat itu, Angga tampak asyik bersosialisasi dan berdialog dengan anak-anak.
Bahkan, Angga juga memandu anak-anak yang tengah melakukan finger painting dalam pameran sekaligus workshop tersebut.
Pengelola Klub Merby, Krisna Phiyastika, mengungkap Angga telah bergabung sebagai siswa Klub Merby sejak tahun 2008. Gaya lukisan doodle milik Angga pun Krisna akui tak berubah dan otentik.
“Lukisan doodle Angga itu jadi ciri khasnya Angga, tidak banyak berubah, paling improve seperti garisnya yang lebih tegas,” ujar Krisna.
Lebih lanjut, Krisna mengaku bahwa bakat Angga dalam seni lukis tak lepas dari dukungan orang tua Angga.
“Angga itu selalu dapat support dari kedua orang tuanya. Mereka sabar dan sangat suportif terhadap Angga,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi