Tentu tanpa alasan ia memilih Pecinan untuk menjadi objek dokumentasi. Menurutnya, Pecinan di Kota Semarang memiliki banyak bangunan tua yang masih unik dan tak bisa masyarakat jumpai di kota-kota lain.
Ia berharap, karya-karya sederhananya ini dapat menjadi literasi visual dari perjalanan Pecinan di masa depan. Apalagi di banyak kasus, banyak peninggalan sejarah tidak tercatat dan terdokumentasikan dengan baik.
“Menurut saya, keaslian bangunan tuanya harus dijaga. Jadi misal bangunan ini hilang atau mau dibangun ulang, kita masih menyimpan literasi bentuk bangunan yang masih asli,” tutur dia.
Cyndo pun berharap, adanya pameran Rupa Pecinan Semarang ini dapat mengenalkan keunikan budaya yang masyarakat Pecinan miliki kepada masyarakat Semarang dan sekitarnya.
“Harapannya memang ini nanti akan dijadikan buku yang masyarakat di luar Semarang pun juga bisa melihat Pecinan Semarang. Semoga komplek Pecinan Semarang yang terbilang besar ini dapat lebih dikenal masyarakat,” pungkasnya.
BACA JUGA: Manfaatkan Momentum Liburan, Seniman Yogyakarta Gelar Pameran Seni di Kota Lama Semarang
Sementara itu, Asrida Ulinuha dari Rasa Dharma menyebut, pihaknya sengaja menggandeng Cyndo untuk memamerkan ilustrasi soal Pecinan di tempatnya yang juga berada di Kawasan Pecinan. Selain itu hari pertama pembukaan pameran berbarengan dengan momentum Sembahyang Ronde yang jatuh pada 22 Desember 2023 lalu.
“Karena kami concern di kebudayaan Tionghoa, dan kami ada di sini, maka apapun yang sifatnya budaya Tionghoa, peranakan atau kesenian Tionghoa akan di angkat oleh Rasa Dharma,” imbuh Ulin.(*)
Editor: Farah Nazila