Kompleksnya permasalahan Israel-Gaza bagi Wahyu tak hanya semata-mata urusan agama maupun perebutan wilayah belaka. Hal ini dapat berimbas kepada masyarakat Indonesia, terlebih semenjak ajakan boikot semakin gencar.
“Karena kalau kita memboikot, pekerja-pekerja itu kasihan juga. Itu kan bagian dari masyarakat Indonesia juga yang sebenarnya dari sisi proses produksi dan aktivitas usaha itu ada di Indonesia,” ucapnya.
BACA JUGA: 5 Fakta Soal Co-Founder ESQA yang Viral Karena Dapat Tudingan Pro Israel
Lebih lanjut, jika gerakan boikot ini semakin masif, Wahyu menilai sektor atau perusahaan bersangkutan akan berdampak sangat signifikan.
“Bagaimana pun semua tergantung demand. Kalau kita semua ngerem terhadap itu sudah pasti declining, paling tidak sampai konflik itu teratasi di sana karena demand-nya domestik. Saya kira dengan 275 juta penduduk itu bukan volume yang kecil,” papar Wahyu.
Kendati demikian, lanjut Wahyu, hal itu tidak begitu berdampak dalam konteks pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
“Saya kira kita terlalu jauh melihat dampaknya ke sana (pertumbuhan ekonomi), karena sekali lagi yang jelas bagaimana respons masyarakat terhadap ajakan dan selama ini faktanya menunjukan respons masih biasa saja,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi