BACA JUGA: Disebut PHK 8 Ribu Pekerja, PT Sai Apparel Semarang Beberkan Fakta-fakta Ini
Berbagai faktor utamanya teknologi sektor PTP di Jawa Tengah yang masih rendah, bagi Wahyu, juga akan menyebabkan rendahnya efisiensi. Hal itu menurutnya akan berdampak pada harga produk tekstil di Jawa Tengah yang semakin bersaing.
“Ini tentu akan menjadi tantangan tersendiri, karena produk yang masuk dari luar itu diuntungkan dengan teknologi yang sudah lebih baik dan ongkos produksi yang murah. Persaingannya ada di harga, itu yang pertama,” tegasnya.
apa yang bisa Pemprov Jateng lakukan?
Lemahnya rupiah atas US Dolar juga berkontribusi pada lesunya industri PTP di Indonesia, tak terkecuali Jateng.
Sebab, kata Wahyu, sebagian besar bahan baku industri PTP masih impor. Dalam makro ekonomi, Wahyu menyebut nilai tukar ini menjadi faktor yang mendasar atau fundamental.
“Karena secara global, demand-nya sedang lesu. Ini yang tidak balance, sehingga pelemahan rupiah itu lebih berat kepada peningkatan post of production (pascaprodyuks) ketimbang peningkatan demand dari luar negeri,” ucapnya.
BACA JUGA: Tanggapi Badai PHK di Jawa Tengah, Nana Sudjana: Overrated, Ternyata Relokasi Pabrik
Tak ayal, hal itu berimbas pada industri luar negeri.
Oleh sebabnya, Wahyu berharap Pemprov Jawa Tengah bisa memfasilitasi dengan melakukan mitigasi jangka pendek.
“Apakah dalam kemudahan pembiayaan atau juga dalam hal penetrasi pasar dan restrukturisasi internal seperti yang dilakukan saat COVID-19. Mungkin itu bisa membantu,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila