SEMARANG, beritajateng.tv – Cuaca yang tidak menentu belakangan ini, dengan siang yang terik dan malam yang dingin disertai hujan, disebut menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus batuk pilek di masyarakat.
Dokter Prihatin Iman Nugroho, SpP MKes FISR, menjelaskan bahwa kondisi pancaroba membuat daya tahan tubuh mudah menurun sehingga seseorang lebih rentan terhadap infeksi saluran pernapasan.
“Perubahan suhu yang ekstrem, dari panas mencapai 34 derajat di siang hari lalu turun dingin di malam hari, membuat tubuh harus beradaptasi terus-menerus. Proses penyesuaian ini berpengaruh terhadap daya tahan tubuh,” kata dr. Nugroho saat beritajateng.tv hubungi pada Rabu, 15 Oktober 2025 malam.
BACA JUGA: Eksploitasi Anak di Medsos Ancam Privasi, Begini Risiko Serius Fenomena Kidfluencer
Menurut dokter spesialis paru atau pulmonolog tersebut, faktor cuaca, debu, serta kondisi individu masing-masing turut berperan dalam memunculkan keluhan kesehatan. Ia menambahkan, daya tahan tubuh yang menurun membuat virus atau bakteri lebih mudah menyerang saluran pernapasan.
“Ketika tubuh tidak mampu mengkompensasi perubahan suhu dengan baik, orang akan lebih mudah tertular influenza. Virus flu ini mudah menular, apalagi di lingkungan padat,” jelasnya.
Kasus Covid-19 muncul lagi?
Terkait munculnya kabar bahwa kasus influenza dan Covid-19 kembali meningkat, dr. Nugroho menjelaskan bahwa dugaan itu belum sepenuhnya terbukti karena sebagian besar pasien dengan gejala batuk pilek tidak dilakukan pemeriksaan Covid. Namun, ia menegaskan bahwa virus Covid yang mengalami mutasi justru cenderung melemah.
“Semakin sering virus bermutasi, potensi menimbulkan penyakit berat justru menurun. Apalagi tubuh kita sudah memiliki antibodi sejak pandemi lalu,” katanya.
Ia juga menyoroti banyaknya kasus batuk pilek yang berlangsung hingga berminggu-minggu. Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena infeksi berulang akibat daya tahan tubuh rendah dan lingkungan yang padat.