Tindakan represif aparat ternyata tidak berhenti sampai di situ. Putra menjelaskan, polisi juga menembaki suporter PSIS dengan gas air mata dan peluru karet pada saat aksi damai di depan Stadion Jatidiri pada Minggu, 22 Desember 2024 lalu.
“Yang jelas kita tetap sangat marah dengan kejadian polisi yang menembaki Gamma. Dan, penembakan gas air mata pada saat kita menuntut Yoyok Sukawi mundur di Stadion Jatidiri,” sambungnya.
Terkena tembakan peluru karet
Sementara itu, koordinator suporter PSIS, Ragil, menambahkan, aksi damai sore ini sebenarnya tak jauh berbeda dengan aksi di Stadion Jatidiri pada hari Minggu lalu. Saat itu, kelompok suporter melakukan aksi seperti orasi, bernyanyi, hingga teatrikal pada saat laga kandang PSIS melawan Malut United.
Awalnya aksi berjalan kondusif. Namun, saat pertandingan selesai, polisi mulai menembaki suporter dengan gas air mata dan water canon. Bahkan, ada sejumlah suporter yang terkena tembakan peluru karet.
BACA JUGA: Panser Biru Bersikeras Boikot Laga Kandang PSIS Semarang, Wareng: Kita Bikin Rugi 1 Tahun Rp30 M
Karena itu, kata Ragil, massa aksi yang sebenarnya datang dan berkumpul untuk menggelar aksi damai malah menjadi korban tindakan represif aparat.
“Ada yang kena peluru karet dan infonya mau dioperasi. Sejauh ini ada 6 orang yang melapor sebagai korban tindak represif aparat. Tapi menurut kami lebih dari itu. Ratusan orang kena dampak gas air mata,” ucap Ragil. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi