SEMARANG, 7/4 (beritajateng.tv) – Berusia 59 tahun, Bank Jateng telah melalui berbagai ujian dan krisis. Namun bank pelat merah tersebut makin tumbuh dan disebut mencapai kinerja baik meski di tengah pandemi Covid-19.
Dalam acara HUT ke-59 Bank Jateng yang digelar hybrid di kantor pusat Jalan Pemuda Kota Semarang, Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno mengatakan pada awal dekade 1960-an, saat Bank Jateng baru berdiri, sudah menghadapi krisis ekonomi yang berat, dengan situasi hiperinflasi dan stagnasi, serta pemotongan nilai uang atau sanering.
Kemudian tahun 1997-1998, Bank Jateng juga menghadapi krisis moneter yang berat, dan menyebabkan Bank Jateng menjadi Bank Peserta Rekapitalisasi oleh Pemerintah. Tahun 2008, resesi ekonomi kembali terjadi dipicu kasus subprime mortgage di Amerika. Lebih dari itu, sejak awal Maret 2020, terjadi krisis akibat pandemi Covid-19.
“Perjalanan Bank Jateng selama 59 tahun, telah melalui etape-etape ujian dan tantangan yang berat. Alhamdulillah, kita bersama-sama telah berhasil melampauinya dengan capaian yang membanggakan,” kata Supriyatno dalam acara HUT Bank Jateng ke-59, Rabu (6/4/2022) sore.
Hingga akhir tahun 2021, Bank Jateng membukukan laba usaha hingga Rp 1,73 triliun dan tumbuh 12,81 persen. Peningkatan laba usaha tersebut didukung dengan indikator keuangan yang tumbuh dengan baik.
“Segmen konsumer dan UMKM menjadi backbone penyaluran kredit Bank Jateng, dan telah teruji memberikan ketahanan dalam melewati pandemi,” ujarnya.
Selama tahun 2021, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Jateng mencapai Rp 4,51 triliun dan tumbuh 70,45 persen yang diharapkan mengakselerasi pemulihan ekonomi.
Sedangkan pencapaian kinerja pada akhir Maret 2022 ini pun menunjukan angka yang cukup membanggakan dimana total aset telah mencapai Rp 77,98 triliun atau tercapai 100,17 persen dari rencana dan laba perseroan telah mencapai Rp 602 miliar, atau tercapai 116,84 persen dari rencana dan tumbuh 9,63 persen year on year(yoy),” jelasnya.