SEMARANG, beritajateng.tv – Ribuan warga Nahdlatul Ulama (NU) dari 14 kecamatan di Demak berkumpul di Jalan Pantura, Desa Sriwulan, Sayung, untuk menggelar istigasah dan doa bersama pada Minggu, 15 Juni 2025.
Aksi tersebut menjadi bentuk seruan kepada Presiden Prabowo Subianto agar segera menangani banjir rob dan abrasi di wilayah Sayung yang makin parah.
Warga menutup sebagian Jalan Pantura selama kegiatan berlangsung. Ribuan massa berharap, aksi kemanusiaan ini bisa menggugah pemerintah agar bertindak cepat menyelamatkan wilayah pesisir yang terus terancam tenggelam.
Selain itu, mereka juga mendesak pembangunan tanggul laut dan normalisasi sungai segera berjalan.
BACA JUGA: Banjir Rob Sayung Demak Rendam 30 Sekolah, Disdikbud Jateng: SMA dan SMK Sudah Kering
Agus Supriyanto, Kepala Desa Surodadi, menyebut sejumlah desa di pesisir mengalami kondisi yang sangat kritis. “Banjir rob sudah menyentuh jalan nasional dan mengganggu aktivitas ekonomi masyarakat sekitar,” tutur Agus.
Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, pun menegaskan bahwa pembangunan Giant Sea Wall akan diprioritaskan.
“Proyek ini masuk daftar program strategis nasional dan diproyeksikan menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi rob serta abrasi,” ujar Dody.
Menurutnya, wilayah Semarang Raya, termasuk Demak, menjadi fokus utama percepatan pelaksanaan proyek tersebut.
BACA JUGA: Tangani Banjir Rob Sayung Demak, Pemprov Jateng Keruk Sedimentasi Sungai Dombo
Koordinator aksi istigasah NU Demak, Musta’in, menjelaskan bahwa sejak 2001, rob terus menghantui masyarakat Sayung. Namun hingga kini, bencana tersebut belum mendapat status bencana nasional.
Musta’in menyebut pemerintah pusat perlu turun langsung dan tidak hanya mengandalkan pemerintah daerah. “Rob bukan sekadar genangan musiman, ini bencana yang menelan wilayah pelan-pelan,” ungkap Musta’in.
Sebagai informasi tambahan, kegiatan istigasah berlangsung tak lama setelah Menteri PUPR menggelar rapat penanganan rob bersama pihak terkait.
Pemerintah juga telah mengerahkan 14 pompa dengan kapasitas 250 liter per detik di beberapa desa terdampak untuk mempercepat penanganan awal. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi