Diharapkan, kegiatan ini bisa meringankan masyarakat yang mengalami bibir sumbing.
Sementara itu, Ketua Yayasan Permata Sari, Endang Sri Sarastri mengatakan, yayasannya telah melakukan bakti sosial ini sejak 2000.
Semula, ada ratusan pasien bibir sumbing. Kini, jumlahnya sudah kian berkurang karena pengetahuan masyarakat mengenai pola hidup sehat sudah semakin baik.
“Di Kota Semarang memang berkurang, biasanya di daerah pedesaan. Mereka kebanyakan dari warga kurang mampu. Biasanya, saat hamil kurang memperhatikan gizinya. Kalau hamil muntah-muntah tidak berusaha di masukan (makan) kembali. Padahal, tiga bulan pertama hamil adalah pembentukan organ tubuh,” terangnya.
Pihaknya terbuka membantu masyarakat operasi bibir sumbing dengan syarat minimal anak berusia tiga bulan, kondisi sehat, HB 10 dengan berat badan minimal lima kilogram. Kondisi paru-paru bagus dan tidak sedang mengalami batuk dan pilek.
“Harapannya, dengan penampilan yang lebih bagus, anak-anak mau sekolah, mau bersosialisasi, menjadi anak pandai, berguna bagi nusa dan bangsa,” ucapnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah