Menurutnya, syarat-syarat pembangunan perpustakaan tersebut kurang bisa mengakomodir kebutuhan generasi muda dan kurang bisa melihat situasi di lapangan.
“Kami akan mencoba lagi dan memahami (Syarat Pembangunan Perpustakaan), kalaupun ada luas tanah di atas 3.000 meter kemudian harus gedung semua. Ya, pasti dapetnya asetnya pemkot di luaran tengah kota. Ini yang mungkin dari pusat juga harus bisa memahami sehingga win-win solution. Sehingga akan ada pembangunan perpustakaan yang sesuai standar, tetapi juga bisa mengakomodir kebutuhan anak-anak milenial sekarang,” tandasnya.
Salah satu anggota Komisi X yang hadir yakni Yoyok Sukawi. Ia merupakan anggota DPR dari Dapil I Jawa Tengah yang meliputi Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, dan Kota Salatiga.
Yoyok Sukawi menyampaikan bahwa kunker ke Semarang seperti bernostalgia. Ia bertemu dengan beberapa staff Pemkot Semarang yang ia kenal.
“Tadi kebetulan pertemuan di Lantai 8 Gedung Moch Ikhsan, serasa nostalgia. Karena ketemu kawan-kawan lama staff di Pemkot dan ngobrol ngalor ngidul. Itung-itung nyambung silaturahmi karena udah lama gak ke sini,” ujar Yoyok Sukawi.
Politikus Partai Demokrat ini juga menambahkan bahwa kunker ke Pemkot Semarang kali ini untuk menyerahkan program dari pusat ke daerah. Seperti program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Serta Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Perpustakaan Nasional.
“Acaranya sendiri penyerahan program dari pusat ke daerah. Kemudian juga ada revisi UU kepariwisataan yang baru. Supaya daerah bisa gerak bareng, kerja bareng dan tentunya ada manfaat untuk masyarakat,” tutup Yoyok Sukawi. (*)
Editor: Elly Amaliyah