“Padahal tanamannya itu bagus, saya mikir kalau ditata dengan bagus, dikemas dengan sedemikian rupa, ada nilainya, pasti banyak yang minat,” ungkapnya.
Dari situlah, Sandry memulai kiprahnya dalam bisnis jual beli tanaman melalui Sanflorist. Nama Sanflorist sendiri mengambil dari nama depan, Sandriono.
Perjalanan Sanflorist, Rela Menjual Motor
Sebelum menempati tempat yang sekarang, Sandry berjualan secara online. Menggunakan sistem pre-order, ia mengambil tanaman di daerah Bandungan sebanyak dua minggu sekali.
Seiring berjalannya waktu, Sandry berhasil mengumpulkan beberapa tanaman untuk kemudian ia jual di pinggir jalan menggunakan mobil. Namun, menurutnya berjualan di pinggir jalan terbilang cukup repot sehingga ia memutuskan untuk menyewa tempat. Tak mudah, untuk menyewa tempat Sandriono harus rela menjual motor
“Nekat jual motor buat sewa tempat di ruko, ibaratnya aku mempertaruhkan hidup di toko. Dari hasil jualan motor, akhirnya saya bagi 2, separo buat sewa tempat, separo buat kulakan,” lanjutnya.
Menjadi pengalaman pertama dalam berbisnis tanaman hias, Sandry berhasil menjalankannya dengan baik. Tak hanya jual beli tanaman hias, Sanflorist juga menjual pot, tanah, pupuk, jasa rawat tanaman, hingga pembuatan taman. Pada tahun pertama, ia bisa mendapatkan omzet sebesar Rp 200 juta per tahun.
Hampir tiga tahun menggeluti bisnis tanaman hias, menurut Sandry, usaha tanaman hias tak pernah surut. Terutama di daerah perkotaan di mana masyarakat cenderung mencari hiburan dengan memelihara tanaman hias. Meski saat ini sedang sepi dibanding waktu Pandemi Covid-19, ia yakin tren tanaman hias akan selalu muncul secara bergantian (*).
Editor: Andi Naga Wulan.