Dokter Edi menambahkan, sering kali orang tua menyalahartikan kejadian semacam itu.
“Kadang ada anak yang memang memiliki keterlambatan bicara atau autisme, lalu kebetulan usianya berdekatan dengan jadwal imunisasi. Itu bukan karena vaksin, melainkan memang kondisi yang sudah ada,” lanjutnya.
BACA JUGA: Viral Balita Minum Obat Steroid Agar Gemuk, IDAI Peringatkan Bahayanya, Jangan Macam-macam!
Mengapa anak bisa kena campak?
Lebih jauh, dokter Edi menjelaskan bahwa anak yang terkena campak pada dasarnya tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut.
“Kalau imunitasnya baik, anak bisa sembuh. Tapi pada anak dengan gizi buruk, status nutrisi rendah, atau daya tahan tubuh yang lemah, risiko komplikasi menjadi sangat besar,” ujarnya.
Komplikasi paling sering berupa pneumonia, diare berat hingga dehidrasi, radang telinga, dan radang otak. Kondisi ini yang kerap menjadi penyebab kematian pada kasus campak di Indonesia.
Ia juga menjelaskan perjalanan penyakit campak melalui tiga fase yakni demam (hari 1–3), fase ruam (hari 4–7), dan fase penyembuhan.
“Namun meski demamnya turun, anak tetap rentan karena virus campak menekan sistem imun tubuh, membuat anak lebih mudah terkena penyakit lain,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi