Sektor pertanian mengalami kontraksi sebesar 8,52 persen (yoy), seiring penurunan produksi tanaman pangan, terutama padi. Sebabnya, pergeseran puncak masa panen padi menjadi Maret-April pada 2024, dari sebelumnya Februari-Maret pada 2023, serta bencana banjir di beberapa daerah sentra padi.
Ke depan, ia memperkirakan ekonomi Jateng tetap kuat dengan dukungan permintaan domestik meski berada di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global.
Pertumbuhan, kata Nita, akan bersumber dari konsumsi rumah tangga serta lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT). Hal itu sebagai dampak positif penyelenggaraan Pilkada serentak pada 2024.
BACA JUGA: Kurangi Emisi, Kementerian ESDM Programkan Konversi Motor BBM Jadi Listrik Gratis, Ini Caranya
Selain itu, terdapat beberapa faktor pendorong lain, seperti kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2024. Termasuk, stimulus fiskal dan makroprudensial yang masih berlanjut.
Menurutnya, kinerja investasi dan konstruksi Jateng juga perkiraannya akan meningkat. Hal itu seiring dengan percepatan pembangunan PSN yang targetnya akan selesai pada 2024.
Untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jateng yang berkesinambungan, kata Nita, perlu langkah-langkah lebih strategis dan sinergi kebijakan antara pemda dan BI. Selain itu, juga keterlibatan pelaku usaha dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif. (ant)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi