“Memang waktu itu dia (Grace) populer, tetapi fakta hasil Pemilunya dia tidak mampu lolos parlementary threshold. Kaesang yang kita tahu cuma bergelut di bidang usaha dan sosoknya sangat meragukan dapat loloskan PSI di parlementary threshold 2024, pasti banyak yang menyangsikan,” bebernya.
Faktor anggap Kaesang tak mampu bawa PSI lolos ke Parlemen
Menurut Ketua Departemen Politik dan Ilmu Pemerintahan Undip itu, PSI justru menjadi partai sekuler yang kerap membatasi diri dengan nilai pergerakan berbasis agama dan unsur masyarakat tertentu. Sehingga, lanjutnya, lemahnya basis massa masih menjadi faktor Kaesang tak mampu membawa PSI lolos ke parlemen.
Lebih lanjut, NHS melihat PSI hanya memiliki segmen massa yang terbatas pada kalangan Gen Z dan Milenial saja. Padahal, menurutnya, perilaku Gen Z dan Milenial umumnya kerap mengikuti keinginan dan pilihan orang tua masing-masing, khususnya dalam hal politik. Ia merasa PSI juga tidak mampu menyelami kebutuhan anak muda secara luas.
“Tentu saya lihat PSI tidak akan mampu menyelami kebutuhan golongan anak muda yang sebenarnya,” bebernya.
BACA JUGA: Kaesang Jadi Ketum PSI, Melly: Elektabilitas Naik hingga Kebanjiran Anggota Baru
Terpilihnya Kaesang sebagai Ketum PSI memang sejumlah pihak nilai dapat meningkatkan popilaritas partai sebab ia berstatus sebagai anak presiden. Namun, menurut NHS, pertarungan dalam tahapan Pemilu 2024 selalu membutuhkan tindakan dan gerakan nyata.
Ia mengatakan, tahapan Pemilu serentak tidak melulu soal bermain media sosial, melainkan berani bertarung head to head di lapangan saat Pileg, Pilgub, Pilwakot dan Pilbup, hingga Pilpres.
“PSI selama ini tidak ada di proses tersebut (bertarung head to head),” tandas NHS. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi